Senin, 02 Juni 2014

Ejaan Yang Disempurnakan


Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972.

PEMAKAIAN HURUF
Huruf Abjad
Huruf Vokal 
Huruf Konsonan
Huruf Diftong
Gabungan Huruf Konsonan
Pemenggalan Kata


  • Pemenggalan kata pada kata dasar

  1. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: au-la
  2. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: ba-pak
  3. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya: man-di
  4. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: ul-tra

  • Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan

  1. Ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misalnya: me-rasa-kan   

PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

  • Huruf Kapital atau Huruf Besar
- Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.  Misalnya: Dia mengantuk.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Yang Maha Pengasih
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Sultan Hasanuddin
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Nisfu Mahdayani
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan. Misalnya: Majelis Permusyawaratan Rakyat 
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa 
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. 
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Prof.  
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: “Silakan duduk, Dik!” kata Ucok. 
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? 


  •          Huruf Miring
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: surat kabar Suara Rakyat
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Dia buka menipu, tetapi ditipu.
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.


PENULISAN KATA


  • Kata Dasar 
- Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Buku itu sangat tebal. 


  • Kata Turunan 
- Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: mempermainkan 
- Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: Misalnya: garis bawahi 
- Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi 
- Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: antarkota 


  • Kata Ulang 
- Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak  

  • Gabungan Kata
- Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar
- Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: orang-tua muda
- Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: Adakalanya, sebagaimana


  • Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan –nya
- Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.


  • Kata Depan di, ke, dan dari
- Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya:  Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.


  • Kata Si dan Sang
- Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim. 


  • Partikel

- Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.
- Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
- Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.

SINGKATAN DAN AKRONIM

  • Singkatan

- Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
- Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: Muh. Yamin
- Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR Dewan Perwakilan Rakyat
- Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. dan lain-lain
- Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: kg kilogram

  • Akronim

- Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
- Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf capital. Misalnya: ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
- Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu pemilihan umum

  • Angka dan Lambang 

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka digunakan untuk menyatakan
        * Ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
        * Satuan waktu
        * Nilai uang
        * Kuantitas
Angka lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
- Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
    * Bilangan utuh. Misalnya:
        Dua belas 12
        Dua puluh dua 22
    * Bilangan pecahan. Misalnya:
        Setengah ½
        Tiga perempat ¾
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. 
   Misalnya: PakuBuwono X
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).


PEMAKAIAN TANDA BACA 


  • Tanda Titik (.) 

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. 
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: 
a. III. Departemen Dalam Negeri 
A.Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa 
B.Direktorat Jenderal Agraria
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. 

  • Tanda Koma (,) 

Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. 
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, atau melainkan. Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan. 
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak datang. 
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. 
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya: …. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: Rp 12,50 
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Semua siswa, baik yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara. 
Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang sungguh-sungguh. 

  • Tanda Titik Koma (;)

- Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga.
- Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.
 

0 komentar:

Posting Komentar