Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi
bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (
EYD ). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972.
PEMAKAIAN HURUF
•Huruf Abjad
•Huruf Vokal
•Huruf Konsonan
•Huruf Diftong
•Gabungan Huruf Konsonan
•Pemenggalan Kata
- Pemenggalan kata pada kata
dasar
- Jika di tengah kata ada vokal
yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: au-la
- Jika di tengah kata ada huruf
konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal,
pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: ba-pak
- Jika di tengah ada dua huruf
konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan
itu. Misalnya: man-di
- Jika di tengah kata ada tiga
buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan
yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: ul-tra
- Imbuhan akhiran dan imbuhan
awalan
- Ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misalnya: me-rasa-kan
PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
- Huruf Kapital atau Huruf Besar
- Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata
pada awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung
Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Yang Maha Pengasih
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Sultan Hasanuddin
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama
orang. Misalnya: Nisfu Mahdayani
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya: Asia Tenggara
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi,
kecuali kata seperti dan. Misalnya: Majelis Permusyawaratan
Rakyat
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan
judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang
tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave
Maria ke Jalan Lain ke Roma.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Prof.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: “Silakan duduk, Dik!”
kata Ucok.
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: surat kabar Suara
Rakyat
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Dia buka menipu,
tetapi ditipu.
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah
atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama
ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
PENULISAN KATA
- Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Buku itu sangat tebal.
- Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya. Misalnya: mempermainkan
- Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: Misalnya: garis bawahi
- Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi
- Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: antarkota
- Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung. Misalnya: anak-anak
- Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar
- Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: orang-tua muda
- Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: Adakalanya,
sebagaimana
- Kata Ganti -ku-, kau-,
-mu, dan –nya
- Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya; -ku-, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan
di perpustakaan.
- Kata Depan di, ke, dan
dari
- Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai
satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: Kita perlu berpikir
sepuluh tahun ke depan.
- Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
- Partikel -lah, -kah,
dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah
buku itu baik-baik.
- Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang
dimakannya, ia tetap kurus.
- Partikel per yang
berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.
SINGKATAN DAN AKRONIM
- Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan
yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
- Singkatan nama
orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: Muh. Yamin
- Singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama
dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR Dewan Perwakilan
Rakyat
- Singkatan umum yang
terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. dan
lain-lain
- Lambang kimia,
singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik. Misalnya: kg kilogram
- Akronim kimia, singkatan
satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
- Akronim nama diri
yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf
capital. Misalnya: ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
- Akronim yang bukan
nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan
kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu
pemilihan umum
- Angka dipakai untuk
menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka
Arab atau angka Romawi.
- Angka digunakan untuk menyatakan
* Ukuran panjang, berat, luas,
dan isi,
* Satuan waktu
* Nilai uang
* Kuantitas
- Angka lazim dipakai untuk
melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
- Angka digunakan juga untuk
menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
- Penulisan lambang
bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
* Bilangan utuh. Misalnya:
Dua belas 12
Dua puluh dua
22
* Bilangan pecahan. Misalnya:
Setengah ½
Tiga perempat
¾
- Penulisan lambang bilangan
tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya: PakuBuwono X
- Penulisan lambang bilangan
yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: tahun ’50-an
atau tahun lima puluhan
- Lambang bilangan yang dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika
beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
- Lambang bilangan pada awal
kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga
bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat
pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan
itu.
- Angka yang menunjukkan
bilangan utuh secara besar dapat dieja. Misalnya: Perusahaan itu baru saja
mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
- Bilangan tidak perlu ditulis
dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali didalam dokumen resmi
seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang
pegawai.
- Jika bilangan dilambangkan
dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan
tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan
dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
PEMAKAIAN TANDA
BACA
- Tanda titik dipakai pada
akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di
Solo.
- Tanda titik dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen
Dalam Negeri
A.Direktorat Jenderal Pembangunan
Masyarakat Desa
B.Direktorat Jenderal Agraria
- Tanda titik dipakai dalam
daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Misalnya: Siregar, Merari.
1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
- Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk
24.200 orang.
- Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
- Tanda koma dipakai diantara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli
kertas, pena, dan tinta.
- Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi, atau melainkan. Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
- Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak datang.
- Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
- Tanda koma dipakai di
belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi. Misalnya: …. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati.
- Tanda koma dipakai di muka
angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: Rp 12,50
- Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Semua
siswa, baik yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
- Tanda koma dapat dipakai
untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat. Misalnya: Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita
memerlukan sikap yang sungguh-sungguh.
- Tanda titik koma
dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga.
- Tanda titik koma
dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu;
ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional; saya
sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.